Perdagangan Luar Negeri
NAMA       : Lucky Dzikra Mauludy
NPM           :
23215862
KELAS       :
1EB17
A. Pengertian
Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran
barang/jasa antarnegara yang memiliki hubungan pedagangan. Kegiatan pertukaran
antarnegara ini terdiri atas kegiatan penjualan barang keluar negri atau Negara
lain, disebut “ekspor’, dan kegiatan membeli atau mendatangkan barang dari luar
negri atau Negara lain ke dalam negri, disebut “impor”. 
Barang hasil produksi dapat tersalurkan ke konsumen
melalui para pedagang tersebut. Mereka membeli barang untuk dijual kembali
tanpa mengubah jenis/bentuknya dengan tujuan memperoleh laba disebut
perdagangan. Sekarang, kegiatan perdagangan sangat luas. Perdagangan sudah
merambah wilayah antarnegara (internasional). Proses tukar-menukar barang atau
jasa yang terjadi antara satu negara dengan negara yang lain inilah yang
disebut perdagangan internasional. Dalam perdagangan antarnegara tersebut
melibatkan eksportir dan importir. 
B. Perkembangan Ekspor Indonesia
1. Perkembangan
Ekspor dan Impor Indonesia
Sejak tahun
1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana pada
tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini
terjadi setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di
bidang ekspor, sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspot non migas.
Pada tahun 1998 nilai ekspor non migas telah mencapai 83,88% dari total nilai
ekspor Indonesia, sementara pada tahun 1999 peran nilai ekspor non migas
tersebut sedikit menurun, menjadi 79,88% atau nilainya 38.873,2 juta US$ (turun
5,13%). Hal ini berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda indonesia
sejak pertengahan tahun 1997.
Tahun 2000
terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total maupun tanpa migas,
yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66) untuk total ekspor dan 47.757,4 juta
US$ (22,85%) untuk non migas. Namun peningkatan tersebut tidak berlanjut
ditahun berikutnya. Pada tahun 2001 total ekspor hanya sebesar 56.320,9 juta
US$ (menurun 9,34%), demikian juga untuk eskpor non migas yang menurun 8,53%.
Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058,2 juta US$ atau naik
6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar 57.158,8 juta US$. Hal yang sama
terjadi pada ekspor non migas yang naik 5,24% menjadi 47.406,8 juta US$. Tahun
2004 ekspor kembali mengalami peningkatan menjadi 71.584,6 juta US$ (naik
17,24%).
 demikian
juga ekspor non migas naik 18,0% menjadi 55.939,3 juta US$. Pada tahun 2006
nilai ekspor menembus angka 100 juta US$ menjadi 100.798,6 juta US$ atau naik
17,67%, begitu juga dengan ekspor non migas yang naik 19,81% dibandingkan tahun
2005 menjadi 79.589,1 juta US$.
Selama lima
tahun terakhir, nilai impor Indonesia menunjukkan trend meningkat rata-rata
sebesar 45.826,1 juta US$ per tahun. Pada tahun 2006, total impor tercatat
sebesar 61.065,5 juta US$ atau meningkat sebesar 3.364,6 juta US$ (5,83%)
dibandingkan tahun 2005. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya impor
migas sebesar 1.505,2 juta US$ (8,62%) menjadi 18.962,9 juta US$ dan non migas
sebesar 1.859,4 juta US$ (4,62%) menjadi 42.102,6 juta US$. Pada periode yang
sama, peningkatan impor terbesar 54,15% dan non migas sebesar 39,51%.
Dilihat dari
kontribusinya, rata-rata peranan impor migas terhadap total impor selama lima
tahun terakhir mencapai 26,15% dan non migas sebesar 73.85% per tahun.
Dibandingkan tahun sebelumnya, peranan impor migas meningkat dari 30,26%
menjadi 31,05% di tahun 2006. Sedangkan peranan impor non migas menurun dari
69,74% menjadi 68,95%.
2. Kondisi
Ekspor Indonesia Dewasa Ini
Pengutamaan
Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor
menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya
strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke
industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen
luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim.
Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu
barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara
kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai 118,43 juta US$
atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor
non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut
sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada
periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun selama
periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8%
terhadap total ekspor non migas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan
minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet
dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula
bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan,
kayu dan barang dari kayu, serta timah.
Selama periode
Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan
kontribusi sebesar 58,80% terhadap total ekspor non migas. Dari sisi
pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71% terhadap
periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor non migas di luar
10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20%.
Jepang pun
masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$11,80 juta
(12,80%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai 10,67 juta US$ (11,57%), dan
Singapura dengan nilai 8,67 juta US$ (9,40%).
Peranan dan
perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor untuk periode
Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor
produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya
masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%.
Dilihat dari
kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi
ekspor produk industri adalah sebesar 64,13%, sedangkan kontribusi ekspor
produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor produk
pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi ekspor migas adalah
sebesar 22,10%.
Kendati secara
keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri
semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin
menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan
2,15% atau menjadi 12,23 juta US$ bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun,
secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53%.
C. Tingkat Daya Saing
Daya saing merupakan salah satu kriteria yang
menentukan keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional.
Berdasarkan badan pemeringkat daya saing dunia, IMDWorld Competitiveness
Yearbook 2006, posisi daya saing Indonesia dalam beberapa tahun semakin
menurun. IMDWorld Competitiveness Yearbook (WCY) adalah sebuah laporan mengenai
daya saing negara yang dipublikasikan sejak tahun 1989.
Pada tahun 2000, posisi daya saing Indonesia menduduki
peringkat 43 dari 49 negara. Tahun 2001 posisi daya saing Indonesia semakin
menurun, yaitu menduduki peringkat 46. Selanjutnya, tahun 2002 posisi daya
saingnya masih menduduki posisi bawah, yaitu peringkat 47. Lalu, tahun 2003,
posisi daya saingnya malah makin terpuruk, yaitu menduduki peringkat 57. Tahun
2004 menduduki peringkat 58. Tahun 2005 Indonesia menduduki posisi 58. Tahun
2006 Indonesia telah menduduki posisi 60.
Selama lima tahun terakhir (2005-2009) pertumbuhan
ekspor Indonesia cenderung meningkat sebesar 20% pertahun, begitu pula
pertumbuhan impor cenderung meningkat sebesar 9,7% pertahun. Pada Tahun 2009
Indonesia menduduki peringkat ke-29 dalam ekspor dunia dan posisi ke-28 dalam
impor dunia. Selama tahun 2009, sektor Industri menyumbang 75,3%, pertambangan
20,2% dan pertanian 4,5 % terhadap total eskpor Indonesia. Negara yang menjadi
mitra Dagang utama Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat Singapura, RRT dan
India
Indonesia telah mengalami kemajuan yang mantap dalam
penerapan reformasi perdagangan pada beberapa tahun terakhir dan hal itu
merupakan salah satu dari beberapa faktor yang membantu berkembangnya
penyerapan tenaga kerja di sektor resmi, memangkas tingkat kemiskinan dan
mengembangkan tingkat menengah penduduk Indonesia. Selain itu, Indonesia lebih
beruntung dibanding negara-negara tetangganya dengan berhasil melewati krisis
keuangan dunia secara relatif mulus.
Hal ini memberikan kesempatan yang unik bagi Indonesia
pasca krisis untuk meningkatkan penjualan dalam negeri dan pangsa pasar
dunianya. Untuk meraih kesempatan ini sebaik-baiknya, Indonesia harus terus
mendorong reformasi perdagangan dan menghindari protektionisme yang akan
menghambat efisiensi dan inovasi. Selain Indonesia, hanya Hong Kong dan Cina
saja yang pada tahun 2010 berhasil mengembalikan nilai perdagangan
internasionalnya ke tingkat absolut pra-krisis keuangan dunia.
Walaupun pertumbuhan ekspor komoditas berbasis sumber
daya meningkat tajam, Indonesia hanya mencatat kemajuan yang terbatas dalam
meningkatkan ekspor produk-produk manufaktur dan terproses. Produsen-produsen
Indonesia telah menyuarakan keprihatinan akan daya saing mereka melawan
produsen berbiaya rendah, baik di dalam negeri maupun di pasar asing. Penurunan
pertumbuhan bidang manufaktur dan menyurutnya pangsa ekspor sektor manufaktur
juga menimbulkan tanda tanya mengenai daya saing sektor manufaktur Indonesia.
Satu bidang yang memberati perdagangan sehingga
menurunkan daya saing produk-produk Indonesia dibanding produk impor luar
negeri adalah rendahnya tingkat hubungan perdagangan Indonesia yang merupakan
akibat dari buruknya sistem logistiknya. Hubungan perdagangan adalah masalah
yang memberikan tantangan yang berbeda bergantung pada apakah hambatannya
mempengaruhi hubungan perdagangan internasional, antar pulau atau dalam pulau.
Tingginya biaya transportasi barang-barang bernilai tinggi seperti udang dari
belahan Timur Indonesia ke pusat-pusat pemrosesan di pulau Jawa melambungkan
harga mereka ke titik yang terlalu mahal untuk diekspor, dan juga lebih murah
untuk mengimpor buah jeruk dari Cina dibanding mengirimkannya dari pulau
Kalimantan ke pulau Jawa. 
Komentar
Posting Komentar